BOLA MATA KASIH
Kursi
roda itu melaju melintasi lorong rumah sakit dibantu oleh seorang anak
kira-kira berumur 15 tahun, seketika kursi roda itu pun berhenti. “Mengapa
berhenti nak?”, lelaki dengan perban di matanya itu berbicara kepada anaknya.
“tak apa yah, kami semua sayang ayah”. “Tapi ibu mu sungguh keterlauan!” dengan
nada marah lelaki itu berkata, “tidak yah, ibu sedang di rumah menyiapkan
makanan kita”.
Lelaki itu ialah seorang pegawai swasta yang akan membuka
perban dimatanya akibat kecelakaan yang terjadi padanya, Arwan Prianta orang memanggilnya.
Ia menikahi seorang
istri yang tidak pernah ia cintai sama sekali, arwan memiliki seorang anak, itu
pun terjadi tidak dengan rasa cinta, namu ia sangat mencintainya.
Agnes Fitria ialah
seorang istri yang sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari
seorang suami. Pasangan ini menikah atas dasar perjodohan yang dilakukan oleh
Sumi, ibu dari Arwan.
Sembilan Belas tahun lalu, tepat pada saat Sumi bertanya
kepada Arwan mengenai bagaimana dengan pasangan hidupnya. “ Sudah berapa kali
kamu bawa wanita kepada ibu, namun tidak ada satu pun yang sampai tinggal
bersama mu untuk menemani hari - hari mu?”. “Tidak ada yang sesuai dengan
keinginan Arwan bu, mereka belum siap untuk membangun sebuah rumah tangga”,
dengan lembut si Arwan menjawab.
“Umur mu sudah tidak untuk tahap bertaaruf lagi nak, 35 tahun itu sudah waktu yang cukup untuk
membangun rumah tangga, ibu punya kenalan salah seorang wanita yang ibu rasa
cocok untuk mu”, sambil menuangkan kopi untuk arwan. “ibu pikir ini jaman siti
nurbaya, perjodohan sudah kuno bu, akan kucari dengan segera”, dengan muka yang
sedikit sombong Arwan pun menjawab..
Keesokan harinya seorang wanita dengan rambut sebahu,
kulit sawo matang dan memakai kaos hijau dengan rok biku merah, duduk diruang
tamu sedang berbincang dengan sumi, sama sekali tidak ada yang menarik dari
wanita itu,namun ia mempunya mata yang indah. “wan..”, dengan lembut sang ibu
memanggil “ini Agnes, wanita yang ibu ceritakan tempo hari kepada mu,”. Dengan
muka kecewa Arwan berbisik kepada ibunya, “ ini wanita yang ibu katakan bisa
membuat ku jatuh cinta?? Sama sekali tidak menarik bu...!!!” lalu pergi
meninggalkan sang ibu.
. Dikamar arwan termenung memikirkan perkataan ibunya,
bahwa umurnya memang sudah tidak pantas untuk bertaaruf. Lama ia memikir hal tersebut hingga tak sadar ia sampai
tertidur.
Pagi itu dijumpainya sang Ibu dan berkata, “aku mau
menerima dia sebagai istri ku, namun jangan salahkan aku kalau aku tidak
mencintainya kelak, ini semua ku lakukan karna ibu,” Ibu yakin dia bisa membuat
mu mencintainya wan, sambil tersenyum tanda bahagia sang bu pun menjawab.
Seminggu setelah persiapan acara pernikahan, akhirnya
acara tersebut dilakukan dengan mempelai lelaki bernama Arwan Prianta dan mempelai
wanita Agnes Fitria, mereka pun resmi menjadi suami istri. .
. Tiga tahun sudah rumah tangga mereka berlangsung, namun
masih saja bertahan, mungkin kelemah lembutan sang istri lah yang membuat itu
bertahan. Namun tiga tahun rumah tangga mereka, mereka baru dikarunia seorang
anak. FFinka Marselina, itulah nama yang diberikan oleh mereka kepada anaknya.
Tumbuh kembang anak mereka pun dilalui dengan komunikasi
yang jarang antar mereka, hingga si Finka pun tumbuh menjadi gadis yang cantik,
namun ia sudah maklum dengan keadaan dirumahnya yang sunyi senyap.
Suatu pagi, seperti biasa Arwan pergi kekantornya tanpa
permisi dengan sang istri. Setelah mengantarkan anaknya kesekolah, Arwan pun
melajukan mobilnya untuk menuju ke kantornya, namun kali ini spedometernya menunjukan kecepatan
120/jam, entah setan apa yang mebuat ia melaju sangat kencang saat itu, mungkin
ia sedang buru-buru untuk kekantornya. Tiba-tiba, “brakkk....”!! mobil yag
dikendarainya merabrak mobil didepannya, suasana disekitar tempat kejadian itu
pun ramai dengan orang, salah seorang yang melihat kejadian tersebut langsung
membawa Arwan ke rumah sakit terdekat.
Dengan cepat Arwan dibawa ke ruang ICU untuk ditindak
lanjuti, lantas pihak Rumah Sakit menghubungi keluarga terdekat dari keterangan
yang diperoleh dari tas Arman, saat itu Sumi lah yang mendapat telepon dari
pihak rumah sakit, “halo, dengan ibu Sumi orang tua dari Arwan Prianta?” salah
seorang suster berbicara, “ya betul, ada yang bisa dibantu..?”, saat itu ibu
Arwan baru selesai menyiram bunga. “saat ini pak Arwan sedang berada dirumah
sakit bu, ia mengalami kecelakaan, silakan ibu datang ke Rumah Sakit Mitra
Sejati bu, di jalan pokok mangga,” sontak Sumi pun shock mendengar kabar itu, “apa...???, saya akan segera kesana.”
Dengan raut muka yang sangat cemas, Sumi mengakhiri teleponnya.
Langsung ia pergi kerumah sang anak, dan memberitahukan
hal tersebut kepada sang istri. Agnes pun ikut terkejut mendengar hal tersebut,
akhirnya mereka berdua menuju rumah sakit tersebut.
----
“Dok bagaimana keadaan anak saya dok” sumi menanyakan hal
tersebut dengan sangat-sangat cemas, “dok bagaimana keadaan suami saya dok?”
Agnes pun ikut bertanya kepada dokter, Sang dokter menjawab “pak Arwan
mengalami benturan keras pada bagian mata kanannya, kemungkinan besar ia akan
mengalami kebutaan total”. Sambil menangis sumi berkata “tidak dok jangan
biarkan anak saya buta, kasian dia.. “Jalan satu-satunya adalah dengan
melakukan donor organ mata, itu pun belum tentu berhasil.”sang Dokter
memaparkan. Lakukan apa saja agar anak saya bisa kembali memiliki matanya dok.”
Sumi kembali mendesak dokter.
Saya akan lakukan hal tersebut, akan kami carikan orang
yang bersedia mendonorkan matanya untuk pak Arwan. Susah memang mencari tipe
yang sama, namun akan kami usahakan.” Akhirnya dokter pun langsung melakukan
operasi kepada si Arwan.
Lampu merah diatas ruang ICU padam, menandakan operasi
tersebut telah selesai dilakukan. Dokter pun keluar. Dengan raut muka yang
senang Dokter mengumumkan hasil Operasi. “allhamdulillah operasi berhasil”.
Dengan serentak seluruh keluarga menjawab, “Allhamdullih”.
Dua minggu merupakan masa pemulihan untuk si Arwan,
hari-hari yang cukup membosankan baginya. “bu sudah 2 minggu aku dirumah sakit,
namun aku tidak pernah lihat dimana Agnes
berada, itulah pilihan ibu, suami sakit saja tidak pernah dijenguk.!!” “mungkin
kau yang jarang melihatnya, setiap malam ia melihat mu.” Sumi menjawab, namun
seperti ada kebohongan dalam raut mukanya”
---
“kami akan tetap mencintai mu Ayah”. Finka pun
melanjutkan dorongannya dan menuju ruangan tempat perban di mata ayahnya akan
dibuka, selang beberapa jam perban dimata Arwan pun akhirnya dibuka, Arwan pun
akhirnya dapat melihat kembali,”
Dirumah Agnes telah menyiapkan makanan untuk sang Suami
dan Anak tercinta, waktu makan pun telah tiba, seperti biasa makan pun mereka
tidak pernah saling melihat. “bagaimana keadaan mu mas? Apakah sudah mendingan?” agnes bertanya dengan lembut
kepada Arwan. Namun tiba-tiba, Arwan memukul meja dan berkata dengan nada yang
sangat marah.”istri macam apa kau ini, suami dua minggu dirumah sakit tidak
pernah dijenguk, benar dugaan ku dulu kau bukan sosok istri yang baik”.
“Ayah.....!!!!, hentikan, jangan berlaku kasar pada ibu.” Finka membela sang
ibu.
Agnes
kembali menjawab dengan nada lembut dan kepala tunduk. “biar nak, ibu memang
sosok yang tidak baik untuk ayahmu.” Arwan kembali berkata “ dia saja
mengakuinya sudah, kau tidak usah membelanya, dia memang bukan sosok yang baik
untuk jadi ibu mu dan istri ku”. Dengan sangat marah fFinka pun berdiri dan
berkata. “kalau dia bukan sosok istri yang baik, mengapa ia rela mendonorkan
matanya untuk suami yang tidak tahu diri seperti mu ayah, liat mata ibu ayah,
dia mendonorkannya untuk mu”, sambil menangis Finka bangkit dari kursi makan
dan kembali ke kamarnya.
Sontak
suasana saat itu menjadi sunyi senyap. Hanya terdengar suara tangisan agnes
sambil menundukan kepalanya, “agnes, betul kah yang dikatakan Finka tadi?, liat
aku Agnes, liat.” Dengan perlahan Agnes memandang kearah Arwan dan menatap
Arwan hanya dengan satu buah bola mata diwajahnya, sedang matanya yang
satu tertutup.
“maafkan
aku Agnes, aku memang suami yang tidak tau diri, mengapa semua ini kau lakukan
untukmu Angnes. Kau wanita yang baik, sedang aku lelaki yang buta akan seorang
malaikat yang setiap hari dihadapan ku. Maafkan aku Agnes..” dengan raut muka
menyesal.
“tidak
ada yang perlu dimaafkan mas, akan hanya menjalakan kewajiban ku sebagai seorang
istri mas,biarlah bola mata ku ada untuk mu, agar aku tetap bisa menjadi bagian
hidup mu kapan pun dan dimana pun engkau berada. “bola mata itu adalah bola
mata kasih untuk mu mas.” Arwan pun memeluk sang istri Agnes dengan rasa cinta
dan sayangnya untuk pertama kalinya. (hardiansyah)
-----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar