Jumat, 11 April 2014

Cerpen, Bola Mata Kasih Oleh Hardiansyah

BOLA MATA KASIH

Kursi roda itu melaju melintasi lorong rumah sakit dibantu oleh seorang anak kira-kira berumur 15 tahun, seketika kursi roda itu pun berhenti. “Mengapa berhenti nak?”, lelaki dengan perban di matanya itu berbicara kepada anaknya. “tak apa yah, kami semua sayang ayah”. “Tapi ibu mu sungguh keterlauan!” dengan nada marah lelaki itu berkata, “tidak yah, ibu sedang di rumah menyiapkan makanan kita”.
            Lelaki itu ialah seorang pegawai swasta yang akan membuka perban dimatanya akibat kecelakaan yang terjadi padanya, Arwan Prianta  orang memanggilnya.
Ia menikahi seorang istri yang tidak pernah ia cintai sama sekali, arwan memiliki seorang anak, itu pun terjadi tidak dengan rasa cinta, namu ia sangat mencintainya.
Agnes Fitria ialah seorang istri yang sama sekali tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari seorang suami. Pasangan ini menikah atas dasar perjodohan yang dilakukan oleh Sumi, ibu dari Arwan.
            Sembilan Belas tahun lalu, tepat pada saat Sumi bertanya kepada Arwan mengenai bagaimana dengan pasangan hidupnya. “ Sudah berapa kali kamu bawa wanita kepada ibu, namun tidak ada satu pun yang sampai tinggal bersama mu untuk menemani hari - hari mu?”. “Tidak ada yang sesuai dengan keinginan Arwan bu, mereka belum siap untuk membangun sebuah rumah tangga”, dengan lembut si Arwan menjawab.
            “Umur mu sudah tidak untuk tahap bertaaruf lagi nak, 35 tahun itu sudah waktu yang cukup untuk membangun rumah tangga, ibu punya kenalan salah seorang wanita yang ibu rasa cocok untuk mu”, sambil menuangkan kopi untuk arwan. “ibu pikir ini jaman siti nurbaya, perjodohan sudah kuno bu, akan kucari dengan segera”, dengan muka yang sedikit sombong Arwan pun menjawab..
            Keesokan harinya seorang wanita dengan rambut sebahu, kulit sawo matang dan memakai kaos hijau dengan rok biku merah, duduk diruang tamu sedang berbincang dengan sumi, sama sekali tidak ada yang menarik dari wanita itu,namun ia mempunya mata yang indah. “wan..”, dengan lembut sang ibu memanggil “ini Agnes, wanita yang ibu ceritakan tempo hari kepada mu,”. Dengan muka kecewa Arwan berbisik kepada ibunya, “ ini wanita yang ibu katakan bisa membuat ku jatuh cinta?? Sama sekali tidak menarik bu...!!!” lalu pergi meninggalkan sang ibu.
            . Dikamar arwan termenung memikirkan perkataan ibunya, bahwa umurnya memang sudah tidak pantas untuk bertaaruf. Lama ia memikir hal tersebut hingga tak sadar ia sampai tertidur.
            Pagi itu dijumpainya sang Ibu dan berkata, “aku mau menerima dia sebagai istri ku, namun jangan salahkan aku kalau aku tidak mencintainya kelak, ini semua ku lakukan karna ibu,” Ibu yakin dia bisa membuat mu mencintainya wan, sambil tersenyum tanda bahagia sang bu pun menjawab.
            Seminggu setelah persiapan acara pernikahan, akhirnya acara tersebut dilakukan dengan mempelai lelaki bernama Arwan Prianta dan mempelai wanita Agnes Fitria, mereka pun resmi menjadi suami istri. .
            . Tiga tahun sudah rumah tangga mereka berlangsung, namun masih saja bertahan, mungkin kelemah lembutan sang istri lah yang membuat itu bertahan. Namun tiga tahun rumah tangga mereka, mereka baru dikarunia seorang anak. FFinka Marselina, itulah nama yang diberikan oleh mereka kepada anaknya.
            Tumbuh kembang anak mereka pun dilalui dengan komunikasi yang jarang antar mereka, hingga si Finka pun tumbuh menjadi gadis yang cantik, namun ia sudah maklum dengan keadaan dirumahnya yang sunyi senyap.
            Suatu pagi, seperti biasa Arwan pergi kekantornya tanpa permisi dengan sang istri. Setelah mengantarkan anaknya kesekolah, Arwan pun melajukan mobilnya untuk menuju ke kantornya, namun kali ini spedometernya menunjukan kecepatan 120/jam, entah setan apa yang mebuat ia melaju sangat kencang saat itu, mungkin ia sedang buru-buru untuk kekantornya. Tiba-tiba, “brakkk....”!! mobil yag dikendarainya merabrak mobil didepannya, suasana disekitar tempat kejadian itu pun ramai dengan orang, salah seorang yang melihat kejadian tersebut langsung membawa Arwan ke rumah sakit terdekat.
            Dengan cepat Arwan dibawa ke ruang ICU untuk ditindak lanjuti, lantas pihak Rumah Sakit menghubungi keluarga terdekat dari keterangan yang diperoleh dari tas Arman, saat itu Sumi lah yang mendapat telepon dari pihak rumah sakit, “halo, dengan ibu Sumi orang tua dari Arwan Prianta?” salah seorang suster berbicara, “ya betul, ada yang bisa dibantu..?”, saat itu ibu Arwan baru selesai menyiram bunga. “saat ini pak Arwan sedang berada dirumah sakit bu, ia mengalami kecelakaan, silakan ibu datang ke Rumah Sakit Mitra Sejati bu, di jalan pokok mangga,” sontak Sumi pun shock mendengar kabar itu, “apa...???, saya akan segera kesana.” Dengan raut muka yang sangat cemas, Sumi mengakhiri teleponnya.
            Langsung ia pergi kerumah sang anak, dan memberitahukan hal tersebut kepada sang istri. Agnes pun ikut terkejut mendengar hal tersebut, akhirnya mereka berdua menuju rumah sakit tersebut.
----
            “Dok bagaimana keadaan anak saya dok” sumi menanyakan hal tersebut dengan sangat-sangat cemas, “dok bagaimana keadaan suami saya dok?” Agnes pun ikut bertanya kepada dokter, Sang dokter menjawab “pak Arwan mengalami benturan keras pada bagian mata kanannya, kemungkinan besar ia akan mengalami kebutaan total”. Sambil menangis sumi berkata “tidak dok jangan biarkan anak saya buta, kasian dia.. “Jalan satu-satunya adalah dengan melakukan donor organ mata, itu pun belum tentu berhasil.”sang Dokter memaparkan. Lakukan apa saja agar anak saya bisa kembali memiliki matanya dok.” Sumi kembali mendesak dokter.
            Saya akan lakukan hal tersebut, akan kami carikan orang yang bersedia mendonorkan matanya untuk pak Arwan. Susah memang mencari tipe yang sama, namun akan kami usahakan.” Akhirnya dokter pun langsung melakukan operasi kepada si Arwan.
            Lampu merah diatas ruang ICU padam, menandakan operasi tersebut telah selesai dilakukan. Dokter pun keluar. Dengan raut muka yang senang Dokter mengumumkan hasil Operasi. “allhamdulillah operasi berhasil”. Dengan serentak seluruh keluarga menjawab, “Allhamdullih”.
            Dua minggu merupakan masa pemulihan untuk si Arwan, hari-hari yang cukup membosankan baginya. “bu sudah 2 minggu aku dirumah sakit, namun aku tidak pernah lihat  dimana Agnes berada, itulah pilihan ibu, suami sakit saja tidak pernah dijenguk.!!” “mungkin kau yang jarang melihatnya, setiap malam ia melihat mu.” Sumi menjawab, namun seperti ada kebohongan dalam raut mukanya”
---
            “kami akan tetap mencintai mu Ayah”. Finka pun melanjutkan dorongannya dan menuju ruangan tempat perban di mata ayahnya akan dibuka, selang beberapa jam perban dimata Arwan pun akhirnya dibuka, Arwan pun akhirnya dapat melihat kembali,”
            Dirumah Agnes telah menyiapkan makanan untuk sang Suami dan Anak tercinta, waktu makan pun telah tiba, seperti biasa makan pun mereka tidak pernah saling melihat. “bagaimana keadaan mu mas? Apakah sudah mendingan?” agnes bertanya dengan lembut kepada Arwan. Namun tiba-tiba, Arwan memukul meja dan berkata dengan nada yang sangat marah.”istri macam apa kau ini, suami dua minggu dirumah sakit tidak pernah dijenguk, benar dugaan ku dulu kau bukan sosok istri yang baik”. “Ayah.....!!!!, hentikan, jangan berlaku kasar pada ibu.” Finka membela sang ibu.
Agnes kembali menjawab dengan nada lembut dan kepala tunduk. “biar nak, ibu memang sosok yang tidak baik untuk ayahmu.” Arwan kembali berkata “ dia saja mengakuinya sudah, kau tidak usah membelanya, dia memang bukan sosok yang baik untuk jadi ibu mu dan istri ku”. Dengan sangat marah fFinka pun berdiri dan berkata. “kalau dia bukan sosok istri yang baik, mengapa ia rela mendonorkan matanya untuk suami yang tidak tahu diri seperti mu ayah, liat mata ibu ayah, dia mendonorkannya untuk mu”, sambil menangis Finka bangkit dari kursi makan dan kembali ke kamarnya.
Sontak suasana saat itu menjadi sunyi senyap. Hanya terdengar suara tangisan agnes sambil menundukan kepalanya, “agnes, betul kah yang dikatakan Finka tadi?, liat aku Agnes, liat.” Dengan perlahan Agnes memandang kearah Arwan dan menatap Arwan hanya dengan satu buah bola mata diwajahnya, sedang matanya yang satu  tertutup.
“maafkan aku Agnes, aku memang suami yang tidak tau diri, mengapa semua ini kau lakukan untukmu Angnes. Kau wanita yang baik, sedang aku lelaki yang buta akan seorang malaikat yang setiap hari dihadapan ku. Maafkan aku Agnes..” dengan raut muka menyesal.
“tidak ada yang perlu dimaafkan mas, akan hanya menjalakan kewajiban ku sebagai seorang istri mas,biarlah bola mata ku ada untuk mu, agar aku tetap bisa menjadi bagian hidup mu kapan pun dan dimana pun engkau berada. “bola mata itu adalah bola mata kasih untuk mu mas.” Arwan pun memeluk sang istri Agnes dengan rasa cinta dan sayangnya untuk pertama kalinya. (hardiansyah)
-----